Batam – Sekitar 500 Kepala Keluarga kawasan kampung Tembesi Tower, Sagulung, Kota Batam senantiasa was-was dikala memperhatikan langit mulai mendung. Mereka langsung bersiap mengamankan barang-barangnya sebab kalau hujan turun kampung mereka pasti banjir.
Berdasarkan Suharti, salah satu warga, momen ini terjadi semenjak 6 bulan terakhir dikala hutan mulai dihabisi untuk proyek kawasan industri dan Perumahan. Suharti sudah 20 tahun tinggal di kampung itu.
“Kampung ini yaitu salah satu kampung tertua di Batam dan kami sudah 20 tahun menetap di sini. Baru-baru banjir makin parah sebab rumah sampai terendam,” kata Suharti.
Tiap hujan turun, entah sejenak apalagi lama, banjir senantiasa datang. Mereka hanya pasrah saja. Bagian depan rumah sudah tidak dapat dibersihkan lagi. Sebab belakang timbunan pasir di parit lebih tinggi dari selasar Rumah
“Aku pasrah menunggu surut, tidak ada yang dapat kami lakukan. Barang-barang terapung. Almari, bangku, meja kayu rusak. Udah capek kami, dibersihkan, hujan lagi, banjir lagi, kotor lagi. Gitu terus entah sampai kapan,” katanya.
Sri Yunita, warga lain malah sepatutnya menumpang di rumah saudara.
“Aku bersama keluarga sepatutnya numpang di rumah saudara di dikala tanda-tanda hujan mau turun,” katanya.
Banjir Kemudian Digusur, Satu Rangkaian?
Agak berbeda dengan Saud dan 10 tetangganya. Kecuali kena banjir, rumahnya juga akan digusur untuk pelebaran jalan.
“Kami menikmati banjir walupun tidak separah saudara saya yang lokasinya di bawah, namun rumah saya terancam mau digusur, pelebaran jalan,” kata Saud.
Dia mengaku kebingungan dan pasrah sebab tidak ada solusi dari pemerintah. Yang ada justru diterimanya Surat Peringatan Kedua atau SP2.
“Semestinya mengosongkan rumah paling lambat 8 mei 2024,” kata Saud.
Ketua RT/02 Tembesi Tower Andi Jalaludin mengatakan satu tahun sebelumya kehidupan warga warga merasa aman dan nyaman. Sekarang hampir seluruh terkena banjir dan ada yang akan digusur.
“Telah dilaporkan ke Kelurahan, camat, Wali Kota dan DPRD Batam. Dinas Bina Marga mahjong ways 3 juga sudah memperhatikan, namun tidak ada spot jelas solusinya,” katanya.
Ketua RW 16 Tembesi Fakhrudin meminta agar masyarakat Tembesi Tower banyak bersabar. Menurutnya hal ini sebab akibat pembangunan industri.
“Aku sudah membuat laporan secara resmi ke pemerintah dan riilnya sampai dikala ini masih banjir dan tidak ada solusi apapun.
Mengenai pelebaran jalan, menurutnya tidak perlu ada penggusuran. Sebab row jalan itu yaitu 100 meter, dan patoknya sudah ada dan dapat disaksikan bersama.
“Tapi tiba-tiba berubah menjadi 150 meter tanpa kesepakatan,” katanya.
Pelebaran jalan di tempat lain yaitu 100 meter. Tapi pas di Tembesi Tower bertambah menjadi 150 meter. Kesudahannya puluhan rumah sepatutnya digusur.
Dia menganggap peruntukan jalan ini tidak sinkron antara Pemkot Batam dengan BP Batam. Hasil rapat dengar pendapat atau RDP dengan DPRD Batam menyimpulkan bahwa Surat Peringatan (SP)1 sepatutnya dicabut. Tapi yang terjadi malah dilayangkan SP 2.
Pertanyaannya , pembangunan itu sebenarnya untuk siapa? Pengusaha berduit ataukah warga yang membayar pajak?